Thursday, July 9, 2015

LEPAS LAJANG DENGAN JANDA BINAL



Sebelum nya kami ucapkan terima kasih sudah berkungjung dan membaca artikek kami, Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngehek, Cerita Mesum Terbaru, Cerita nya Bersambung Para agan sekalian, Ikuti terus cerita nya di bagian selanjut nya : 


Cerita INI hanya Fiktif belaka.., apa pun nama dan tempat kejadian yang sama dengan anda itu bukan kebetulan mungkin kami ini kawan akrab anda.. wong edan.. salam Croottt....


Sebuah cerita seks dewasa, seorang pria yang melepas keperjakaannya dengan berhubungan seks atau ngentot seorang janda binal yang tak lain adalah tetangga rumahnya sendiri. Pembaca, aku ingin berbagi pengalaman pertamaku bercinta dengan wanita. Ini terjadi saat aku baru duduk di bangku SLTP kelas 3. Waktu itu aku tinggal di pinggiran kota Jakarta yang masih banyak penduduk Betawinya. Di sebelah rumahku tinggal keluarga Betawi, anak lelaki bungsunya teman bermainku. Dia mempunyai 3 orang kakak perempuan. Yang akan aku ceritakan di sini adalah kakaknya yang bernama Anah. Seorang janda beranak satu. Usianya saat itu kira-kira 38 tahunan.



Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. Oh iya, sebelum aku lupa, embakku Anah ini orangnya hitam manis dengan payudara lumayan besar (mungkin ukuran 36C). Entahlah, aku sendiri saat itu tidak tahu persis, karena masih “ingusan”. Yang aku tahu, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya.

Seperti orang Betawi jaman dulu pada umumnya, embakku Anah ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma mengenakan bra saja dan rok bawah. Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si embakku dalam “mode” seperti ini. Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk bergairah melihat tonjolan payudaranya yang hanya ditutupi bra. Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pantatnya. Pinggul dan pantatnya bulat dan bentuknya “nonggeng” di belakang. Kalau berjalan, pantatnya bergoyang sedemikian rupa membuat gairah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda.

Pembaca, embakku Anah ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa embakku Anah ini memang “nakal” sehingga tidak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya. embakku Anah ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperjakaanku (saat itu aku memang masih perjaka, belum pernah sekalipun merasakan wanita, pacaranpun baru sebatas mencium dan memeluk saja).

Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Udin, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. Tapi di belakang rumahnya itu, ada embakku Anah yang sedang duduk di kursi dekat sumur (sumurnya masih pake timba).

Aku bertanya ke si embakku, “Pok, Udin ada?”.

“Kagak, dia ikut baba (Bapak) ama nyak (Ibu) ke Depok.” jawab si embakku.

“Wah, jadi embakku sendirian dong di rumah?” tanyaku basa basi.

“Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran.” sahut si embakku.

Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu.

“Duduk dulu dong Wan, ngobrol ama embakku ngapa sih.” katanya.

Akupun duduk di kursi sebelah kirinya, si embakku sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya tidak ada suami yang betah sama dia.

“Si Amir mana pok?” tanyaku menanyakan anaknya.

“Diajak ke Depok.” sahutnya pendek.

“Mau minum nggak Wan?” dia nawarin anggurnya.

Entah kenapa, aku tidak menolak. Bukannya sok alim pembaca, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri. Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan embakku Anah. Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. Dan aku mulai terpengaruh alkohol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat embakku Anah belum terpengaruh. Gengsi.

Aku mulai memperhatikan embakku Anah lebih teliti (terutama setelah dipengaruhi alkohol murahan itu). Pandanganku tertuju ke toketnya yang hanya ditutupi bra hitam yang agak kekecilan. Sehingga toketnya seperti mau meloncat keluar. Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata embakku Anah manis juga. Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku.

Merasa diperhatikan si embakku membusungkan dadanya, membuat penis remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk toket kirinya sambil memperhatikan reaksiku. Tentu saja aku belingsatan dibuatnya. Sambil menggaruk toketnya perlahan si embakku bertanya.

“Wan kok bengong gitu sih?”

Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, “Abis tetek embakku gede banget, bikin saya napsu aja.”

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya.

“Kalo napsu, pegang aja Wan. Nih,” katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan.

“Diemut juga boleh Wan.” tambahnya.

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan embakku Anah.

“Boleh pok?” tanyaku lugu.

“Dari dulu kan embakku udah pengen buka “segel” Irwan. Irwannya aja yang jual mahal.” katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya.

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket embakku Anah saja.

“Waan.” tegur embakku Anah.

“Apa embakku?” tanyaku sambil menengadah.

“Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Irwan, jilatin pentil embakku, terus diemut juga. Ayo coba” embakku Anah mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Ku dengar embakku Anah mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata.

“Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gigit pentil embakku Wan, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja.” pinta si embakku.

Akupun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si embakku menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia mencium bibirku dengan penuh gairah. Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan. Getaran yang diberikan embakku Anah melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. Aku terbawa ke awang-awang. TIdak hanya itu, embakku Anah menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun. Terakhir lidah embakku Anah menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang embakku Anah berikan ini.

Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, “Remes-remes tetek embakku dong Waann.” Aku menurutinya, dan kudengar desahan si embakku yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan.”

Lalu diapun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan embakku Anah yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Lalu embakku Anah kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan. Aku jadi mengikuti permainan lidah embakku Anah, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan embakku Anah yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan embakku Anah tadi.

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim embakku Anah. Tapi embakku Anah menahan tanganku.

“Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng.” Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.

“Pook, Irwan pengen pook.” pintaku.

“Pengen apa Waan,” tanya embakku Anah menggodaku.

“Pengen liat itu.” kataku sambil menunjuk ke selangkangan embakku Anah yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.

“Pengen liat memek embakku?” embakku Anah menegaskan apa yang kuminta.

“Iya pok.” jawabku.

“Itu sih gampang, tinggal embakku singkapin rok embakku, udah keliatan tuh.” kata embakku Anah sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik CD biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik CD itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan memek, tapi aku yakin kalo gundukan memek embakku Anah sangat montok alias tembem sekali. Dan embakku Anah memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.

“Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau.” kata embakku Anah sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya.

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya embakku Anah. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

embakku Anah menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu embakku Anah mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. embakku Anah melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Lalu embakku Anah menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya.

“Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat memek embakku?”

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. embakku Anah kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal CDnya saja yang masih tersisa. Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam embakku Anah. Betapa montoknya gundukan memek embakku Anah.

Lalu embakku Anah berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, embakku Anah mulai menurunkan CD sehingga terlepaslah sudah. Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi memek embakku Anah cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku.

Benar saja, memek embakku Anah sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan,” kata embakku Anah.

“I iya pok,” sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan embakku Anah. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke memeknya.

“Niih, puas-puasin deh liatin memek embakku, Wan.” kata embakku Anah.

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny.

“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil embakku?” pancing embakku Anah sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas memeknya.

“Mm.. Mmau pok. Mau banget.” kataku antusias. Lalu tangan embakku Anah menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke memeknya. “Ya udah cium dong kalo gitu, itil embakku udah nggak tahan pengen Irwan ciumin, jilatin, gigitin.”

Dan bibirkupun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan embakku Anah semakin keras menerpa hidungku. embakku Anah mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Lalu kejilati itilnya dengan semangat, tidak hanya itilnya, tapi juga bibir memek embakku Anah yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat embakku Anah mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat.

“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh..”

Suara rintihan dan desahan embakku Anah membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian memek embakku Anah. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir memek embakku Anah. Tangan embakku Anah menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan embakku Anah. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali.

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat embakku Anah, lalu ku jelajahi lorong memeknya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. Luar biasa, rupanya memek embakku Anah membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku. Tubuh embakku Anah menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu tidak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging memek embakku Anah. Desahan embakku Anah semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat embakku Anah terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, embakku Anah mengejang dan mendesah lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan..”

Tapi, putaran pinggul embakku Anah terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke memeknya. Dan kurasakan di dalam memek embakku Anah ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku.

Desahan embakku Anah seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata embakku Anah sedang mengalami orgasme. Dan pantat embakku Anah berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari memek embakku Anah. embakku Anah kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit.

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di memeknya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, embakku Anah merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian embakku Anah menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Lalu embakku Anah melepaskan ciumannya dan berkata, “Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. embakku puas. Ayo sekarang giliran embakku.”

embakku Anah bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, embakku Anah mengecup bagian tubuhku yang terbuka. Dan saat semua kancing sudah terlepas, embakku Anah mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya. Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan embakku Anah bekerj membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. Sekarang aku hanya tinggal mengenak CD saja. embakku Anah menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut.

Lalu CD ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga embakku Anah lebih mudah melepaskan CDku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan embakku Anah mulai menggenggam tititku dan mengelus serta mengocoknya perlahan.

“Lumayan juga titit kamu Wan. Gede juga, keras lagi.” celetuk embakku Anah.

Tak membuang waktu, embakku Anah segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala tititku. Dikecupnya kepala tititku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, lalu batang dan turun ke.. Bijiku. Semua dilakukannya sambil mengocok tititku dengan gerakan halus. Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang embakku Anah berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah embakku Anah.

Setelah beberapa lama, embakku Anah menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan.

“Udah Wan, sekarang Irwan masukkin kontol Irwan ke memek embakku. Adduhh, embakku udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar embakku awet muda Wan.” kata embakku Anah.

Aku tak mengerti maksud embakku Anah, tapi yang jelas, sekarang embakku Anah kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. embakku Anah melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian embakku Anah memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah menanti untuk kumasuki. embakku Anah meletakkan tititku di depan memeknya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Wan.”

Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan tititku memasuki kegelapan memek embakku Anah. Kurasakan tititku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Wan,” pinta embakku Anah.

Saat kepala tititku sudah masuk, embakku Anah menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh tititku. Dan akhirnya terbenamlah sudah tititku di dalam memeknya. Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. Kemudian embakku Anah terdiam. DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan tititku seperti disedot oleh memek embakku Anah. Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di memek embakku Anah ini. Tititku seperti dijepit dan tidak bisa kugerakkan. Seperti ada cincin yang mengikat tititku di dalam memek embakku Anah. Aku agak bingung, karena aku tidak bisa bergerak sama sekali.

“embakku, apa nih?” aku bertanya.

“Enak nggak Wan?” tanya embakku Anah.

“Iya pok, enak banget. Apaan tuh tadi pok?” aku kembali bertanya.

embakku Anah tidak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian embakku Anah melepaskan jepitan memeknya pada tititku.

“Sekarang kamu gerakin keluar masuk titit kamu ya Wan.” perintah embakku Anah.

Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan tititku keluar masuk di lorong kenikmatan embakku Anah. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk embakku Anah. Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena nafsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat. Dan embakku Anah mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku. Putaran pinggul embakku Anah membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku.

“Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann..” desah pok Anah.

Aku tidak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu “motor”ku menerobos kegelapan di lorong embakku Anah. Lalu embakku menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku tidak bisa bergerak leluasa.

“Wan, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam embakku.” perintahnya.

Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun embakku Anah mencium bibirku dan lidahnya mengajakku berpagutan kembali.

“embakku udah mau keluar lagi nih wan, kita barengin ya sayang, embakku tanggung pasti enak deh.” kata embakku Anah.

Tubuh embakku Anah diam, namun kurasakan tititku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa memek embakku Anah. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan memek embakku Anah terus saja mengemuti tititku membuatku merem melek. Dan akhirnya aku benar-benar tidak kuat menahan lahar yang mendesak itu.

“Mpookk.. Adduuhh.. Sayaa..” aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, tapi embakku Anah rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klimaksku.

“Tahan Wan, embakku juga mau nyampe nih, Barengin ya Wan.” kata embakku Anah.

Aku tak peduli, karena aku tidak bisa menahannya, dengan erangan panjang, aku merasakan tititku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan tititku dalam-dalam ke memek embakku Anah, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam memek embakku Anah.

“Mpookk.. Aagghh..”

Croott… Crroott… embakku Anahpun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan memek embakku Anah, semprotan air maniku bercampur dengan banjirnya air mani embakku Anah. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan. Pinggul embakku Anah bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. Memeknya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak selaki lahar yang kumuntahkan di memek embakku Anah, ditambah lahar embakku Anah, rupanya tidak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari memek embakku Anah dan turun ke belahan pantatnya.

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, tititku masih terbenam di memek embakku Anah. Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, embakku Anah tersenyum, lalu menciumku.

“Kamu hebat banget Wan. Baru pertama aja udah bisa bikin embakku puas. Gimana nanti kalo udah jago.” kata embakku Anah.

“Pok, Ma kasih ya pok. Enak banget deh tadi pok.” kataku.

“Sama-sama Wan, embakku juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?” tantang embakku Anah.

“Mau dong pok, siapa yang nggak mau memek enak kayak gini.” jawabku sambil mengecup bibirnya. Dan kamipun kembali berpagutan.

*****

Itulah pengalaman pertamaku dengan wanita. Sejak itu, mulailah petualanganku dengan wanita-wanita yang lain. embakku Anah telah memberi pelajaran yang sangat nikmat. Terima Kasih embakku Anahku Sayang.



Sebelum nya kami ucapkan terima kasih sudah berkungjung dan membaca artikek kami, Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngehek, Cerita Mesum Terbaru, Cerita nya Bersambung Para agan sekalian, Ikuti terus cerita nya di bagian selanjut nya : 


Cerita INI hanya Fiktif belaka.., apa pun nama dan tempat kejadian yang sama dengan anda itu bukan kebetulan mungkin kami ini kawan akrab anda.. wong edan.. salam Croottt....

0 comments:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►